PEMBELAJARAN
DI BALIK LINGKUNGAN
BAB
I
PENDAHULUAN
Manusia disebut
sebagai makhluk individu dan sosial. Sebagai makhluk individu, ia
memiliki privasi yang yang menjadikannya berada pada dimensi yang
lain dari orang lain. Sebagai makhluk sosial, ia memiliki hak dan
kewajiban untuk dapat berada dalam suatu masyarakat beserta
lingkungannya.
Manusia dalam
perjalanan hidupnya tidak dapat dipisahkan dari lingkungan.
Lingkungan dapat berupa kondisi fisik lingkungannya maupun kondisi
sosial budaya masyarakatnya. Manusia guna melaksanakan fungsi dan
kodratnya, perlu memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan dari
lingkungan.
Dewasa kini, kondisi
lingkungan baik secara fisik maupun sosial telah mengalami penurunan.
Sering kali kita mendengar mengenai tawuran antar pelajar hingga
tawuran antar rukun tetangga di suatu daerah. Hal ini munjukkan
kemerosotan nilai-nilai dalam menjaga lingkungan agar tetap harmoni.
Hal ini berkenaan dengan lingkungan sosial manusia. Cuaca
panas-dingin yang semakin ektrim menimbulkan banyak perubahan dalam
bioritme makhluk hidup termasuk manusia. Musim pancaroba yang kini
lebih memberikan dampak pada kesehatan manusia merupakan salah satu
ciri dari kemerosotan lingkungan fisik.
Manusia sebagaimana
disebutkan dalam Al-Qur’an memiliki tugas sebagai khalifah.
Khalifah dapat diartikan sebagai pemimpin, ataupun penjaga.
Bahwasanya manusia memiliki tugas dan kewajiban unutk menjaga bumi
agar tetap harmoni. Bumi bukan hanya diartikan sebagai kondisi fisik
saja tetapi juga kondisi unsur-unsur di dalamnya. Entah kondisi
lingkungan, hewan, tumbuhan, pertambangan, kehutanan, sosial
kemasyarakatan, adat istiadat, suku bangsa, hubungan antar bangsa dan
lain sebagainya. Guna melaksanakan fungsi ini, maka banyak dari kita
yang berusaha membekali diri dengan berbagai pengetahuan dan
keterampilan.
Mengingat pentingnya
penjagaan terhadap lingkungan, maka sudah sepatutnya apabila kita
turut berpartisipasi dalam upaya melestarikan lingkungan. Salah satu
upaya yang dapat ditempuh adalah melalui pendidikan. Ada yang bilang
bahwa pendidikan bukanlah segalanya, tetapi segalanya dapat dimulai
dari pendidikan. Oleh karena itu, melalui pendidikan kita pun dapat
berupaya untuk melestarikan lingkungan. Pada akhirnya, lingkungan
yang terjaga dengan baik akan memberikan dampak kehidupan yang baik
bagi penghuninya.
BAB
II
PEMBAHASAN
Lingkungan tidak
dapat terpisahkan dalam kehidupan manusia. Karena untuk hidup manusia
membutuhkan udara, sinar matahari, tumbuhan, hewan, dan sesama
anggota masyarakat. Penjagaan terhadap lingkungan tidak dapat
dilakukan secara parsial mengingat kebutuhan lingkungan sehat yang
semakin meningkat.bila ingin membuat perubanan, maka mulailah dari
diri sendiri, akan lebih mudah dan efektif. Akan tetapi, bila ingin
meruabah dalam skala yang lebih luas lagi karena urgensi akan
perubahan, maka rubahlah sistemnya. Dengan demikian akan lebih
efisien dari segi waktu.
Pendidikan dan
lingkungan
Kebutuhan bagi
setiap manusia untuk memperoleh pendidikan. Ini semakin diketahui
oleh masyarakat dilihat dari semakin banyaknya siswa yang menempuh
jenjang perguruan tinggi saat ini. Sebagai timbal baliknya,
universitas atau sekolah tinggi pun memacu mahasiswanya untuk segera
lulus. Hal ini mungkin saja disebabkan refresh yang segera akan
memberikan keuntungan baik dari segi mahasiswa yang dicetak maupun
mahasiswa baru yang masuk.
Pendidikan
ditengarai sebagai upaya sadar dari manusia untuk membawa perubahan
pada dirinya sendiri. Karena pada hakekatnya, manusia adalah
pebelajar dan karenanya memiliki keinginan untuk belajar. Semula
tidak tahu mengenai apa-apa menjadi tahu apa-apa. Semula matanya
terbuka hanya untuk desanya kini mulai terbuka untuk dunia. Semula
hanya dimiliki kaum tertentu menjadi hak dari setiap manusia.
Pendidikan
melingkupi pengetahuan dan ilmu yang ada di dalamnya. Ilmu yang
diajarkan dalam jenjang sekolah dasar tentu berbeda dengan ilmu yang
diajarkan di sekolah menengah. Hal ini karena tingkat perkembangan
kemampuan yang berbeda antara usia yang satu dengan yang lain. Siswa
sekolah dasar lebih memahami sesuatu berdasarkan apa yang nyata
terdapat di hadapan mereka sehingga ia membangun konstrusi
pengetahuannya sendiri. Sedangkan siswa sekolah menengah tingkat
akhir lebih dapat membayangkan hal-hal yang berlum tentu ada di
hadapan mereka (abstrak).
Lingkungan adalah
segala yang ada di sekitar makhluk hidup. Lingkungan dapat berupa
gejala peristiwa maupun gejala benda. Gejala benda ditandai dengan
lingkungan fisik yaitu komponen biotik dan abiotik. Sedangkan gejala
peristiwa adalah lingkungan sosial masyarakat.
Lingkungan tidak
akan selamanya sama. Karena seperti yang telah dinyatakan oleh
Herakleitos bahwa dunia ini dalam kondisi yang berubah. Meski akan
terjadi pengulangan kejadian pada beberapa waktu sebagai pembuktian
dari lingkungan yang hidup. Sebagaimana juga terdapat dalam
Al-Qour’an bahwa bumi itu bergerak. Jika bumi bergerak, maka segala
isi dan yang ada di permukaannya pun ikut bergerak. Hal inilah yang
menjelaaskan adanya fenomena letusan gunung berapi tiap berapa tahun
sekali atau gempa bumi tiap berapa waktu.
Pendidikan
lingkungan dapat diartikan secara umum sebagai satu sistem pendidikan
dasar (perangkat keras dan lunak) yang berorientasi pada perubahan,
pembentukan dan pengembangan kognisi, sikap, dan perilaku yang ramah
lingkungan. Pendidikan ini sebaiknya diimplementasikan sedari kecil
karena sebagai investasi bagi masa dengan yang lebih peduli terhadap
lingkungan.
Lingkungan sebagai
sumber belajar
Jauh sebelum
filsafat berkembang hingga saat ini, manusia telah belajar mengenai
filsafat alam. Filsafat alam merupakan filsafat yang mendasarkan
pertanyaan-pertanyaannya kepada gejala-gejala alam yang terjadi.
Semula gejala-gejala alam dijawab secara mistis dengan mengkaitkannya
dengan kekuatan para dewa. Akan tetapi, perlahan pandangan mengenai
mistis ini beralih ke pemikiran-pemikiran yang lebih logis
dibandingkan pemikiran sebelumnya.
Sumber belajar yang
dapat digunakan oleh siswa maupn guru beraneka ragam apalagi untuk
pembelajaran sains. Sains dikembangkan melalui penelitian-penelitian
yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Bertujuan untuk
memperoleh kebahagiaan ataupun ketentraman dalam hidup. Misalnya saja
penciptaan handphone yang digunakan unutk mempermudah komunikasi
antar orang yang satu dnegna yang lain.
Sumber belajar sains
yang paling dekat dengan siswa tentunya lingkungan di sekitar siswa.
Lingkungan ini dapat berupa lingkungan fisik maupun sosial
kemasyarakatan. Siswa dapat menjumpai sumber belajar tersebut kapan
pun dan dengan demikian akan memudahkan siswa dalam belajar. Selain
itu, siswa dapat mengembangkan pembelajaran yang ia peroleh di
sekolah dengan sumber belajar yang ada di lingkungan sekitar mereka.
Dengan demikian, siswa dapat belajar membangun pengertian dan
pemahamannya sendiri tentang apa yang ia pelajari.
Yuni Wibowo (2004)
menyatakan secara sederhana sumber belajar dapat dirumuskan sebagai
segala sesuatu yang dapat memberikan kemudahan kepada peserta didik
dalam memperoleh sejumlah informasi, pengetahuan, pengalaman, dan
ketrampilan, dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini nampak adanya
beraneka ragam sumber belajar yang masing-masing memiliki kegunaan
tertentu yang mungkin sama atau bahkan berbeda dengan sumber belajar
lainnya. Proses pembelajaran dengan sumber-sumber yang konkrit lebih
menjalin keberhasilan daripada secara abstrak.
Lingkungan yang
memiliki keteraturan sendiri serta memiliki berbagai komponen yang
saling berkaitan menjadi salah satu contoh dari komunikasi yang ada
di alam. Bahwa dalam lingkungan tersebut ada aksi dan reaksi yang
terjadi antara makhluk hidup dengan komponen tak hidup, antar makhluk
hidup, maupun antar kompinen tak hidup. Komunikasi yang terbangun
sebagai akibat dari bertemunya satu unsur dengan unsur yang lain.
Pembelajaran yang
bermakna dari alam
Alam menyediakan
sekian banyak sumber belajar yang dapat dimanfaatkan bagi kemjuan
pendidikan di Indonesia. Bahkan kekayaan alam di Indonesia lebih
banyak bila dibandingkan dengan negara berperadaban maju. Akan
tetapi, sayangnya Indonesia belum mampu menggunakan kekayaan ini
untuk kesejahteraan masyarakatnya.
Salah satu solusi
yang dapat diberikan adalah dengan memanfaatkan pendidikan sebagai
sarana mengmebangkan kompetensi, sikap, dan keterampilan dari
anak-anak Indonesia sehingga pada berapa dekade ke depan, mereka
dapat memajukan Indonesia lebih dari negara maju yang lain. Inilah
tugas yang berat dalam dunia pendidikan karena di Indonesia segala
hal bermula dari pendidikan.
Pendidikan bila
diperluas cakupannya dapat melingkupi pembelajaran di dalamnya.
Pembelajaran yang bermakna akhir-akhir ini disinyalir sebagai
pembelajaran yang menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar.
Pembelajaran dari alam akan lebih bermakna bagi siswa dalam membangun
pengetahuannya sendiri.
Pemanfaatan
lingkungan sebagai sumber belajar tidaklah tidak berdasar.
Pembelajaran yang menggunakan lingkungan sekitar siswa akan melatih
siswa untuk mengamati lebih komprehensif dengan reduksi seperlunya
disesuaikan dengan tema. Dengan demikian siswa akan terbiasa untuk
menggunakan alat indera nya untuk belajar, baik indera penglihatan,
penciuman, perasa, pendengaran sehingga ia akan memiliki pengetahuan
yang lebih menyeluruh dan dapat diamati langsung. Hal ini didukung
juga oleh dorongan siswa untuk belajar dan menemukan pengetahuan
sebagai sifat dasar masing-masing kita.
Sebagai contoh
adalah pembelajaran dari lingkungan di sekitar Gunung Merapi.
Pembelajaran di sana dapat didesain dengan menggunakan studi
lapangan. Dalam studi lapangan tersebut dapat dilakukan berbagai
macam pembelajaran bermakna. Antara lain pembelajaran akan
nilai-nilai kearifan lokal, budaya masyarakat sekitar, keilmuan dari
letusan gunung merapi yang terjadi, dan dampak yang ditimbulkan.
Pembelajaran dari
alam maupun lingkungan sekitar siswa dapat berhasil dengan baik
apabila guru mampu memahami apa yang dibutuhkan oleh siswa. Hal ini
akan terwujud apabila terjadi komunikasi yang baik antara guru dan
murid. Gruru mendengarkan pendapat siswa dan mencoba untuk mendesain
lingkungan sebagai sumber belajar bagi siswa. Inilah sebenarnya guru
yang berfungsi sebagai fasilitator dalam pembelajarn di kelas.
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Lingkungan merupakan
bagian tak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Lingkungan mampu
memberikan manfaat yang sangat besar bagi kehidupan makhluk hidup.
Lingkungan dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar yang mampu
meingkatkan kemampuan siswa dalam membangun pengetahuan mereka
sendiri. Pemanfaatan lingkungan senagai sumber belajar dapat
menjadikan belajar yang bermakna bagi siswa dengan memfasilitaasi
segenap kempuan menginderanya.
Manusia sebagai
khalifah di bumi hendaknya senantiasa menjada lingkungan dan alam
ini. Menjaga lingkungan dan alam ini sebaiknya dilakukan secara masif
sehingga mampu menghasilkan perubahan yang signifikan demi
keseimbangan alam dan kehidupan manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Amsal Bakhtiar.
2005. Filsafat Ilmu. Jakarta: RajaGrafindo Persada
Andi Hakim
Nasoetion. 1989. Pengantar ke Filsafat Sains. Bogor: Litera
AntarNusa .
Muhjiddin Mawardi,
Bakti Setiawan, Gatot Supangkat, Miftahulhaq, Siti Nurhayati. 2009.
Pendidikan Lingkungan: Membangun Kesadaran dan Perilaku Ramah
Lingkungan. Yogyakarta: Lembaga Lingkungan Hidup PP Muhatmmadiyah
2005-2010.
Yuni
Wibowo. 2004. Pemanfaatan Lingkungan Dalam Pembelajaran.
Publikasi Hasil PPM
Ass pernah terlintas tentang Filsafat Lingkungan? Itulah yang akan membedakan arah tulisan anda. Wss
BalasHapuswa'alaikumsalam wr wb
Hapusbelum pak, terima kasih atas apresiasi yang diberikan, Pak,,
semoga saya dapat belajar mengenai hal tersebut
wassalamu'alaikum wr wb