Determinisme
Determinisme berasal
dari bahasa Inggris yaitu to determine, yang berarti memberlakukan sifat,
menjatuhkan sifat pada objek atau benda lain. Kondisi demikian bila dilakukan
dalam porsi yang sedikit dapat merugikan bagi orang yang diberlakukan sifat
padanya. Apabila sifat ini semakin sering dilakukan, maka akan dapat membunuh
objek yang dikenai sifat tersebut. Membunuh disini berarti padakematian sifat
asli dari objek yang bersangkutan, yang ditimpa sifat oleh pihak yang berlaku determin.
Sebagian besar orang sangat
suka menjatuhkan sifat pada orang yang lain. Bahkan tumbuhan maupun hewan dapat
saja melakukan determin pada tumbuhan, hewan, maupun unsur lain. Misalnya saja
tumbuhan yang sesuai dirinya melakukan pembelitan terhadap batang pohon
sehingga bagian dari batang pohon itu tertutupi olehnya, berarti tumbuhan
pembelit itu telah berlaku determin terhadap tumbuhan yang dililitnya.
Pada manusia, manusia
akan cenderung menjadi determin terhadap orang yang berada di bawah
kekuasaannya. Orang yang suka memaksakan kehendak dapat tergolong menjadi orang
yang determin. Orang yang banyak menentukan nasib orang pun dapat dikatakan
telah berlaku determin. Manusia cenderung bersifat demikian karena
kemanusiaannya. Akan tetapi, hal ini harusnya dapat dikendalikan oleh etika
dalam masyarakat maupun dalam kehidupan.
Determin juga dapat
diartikan sebagai menentukan batas dari sesuatu. Menentukan batas dapat
dikatakan membatasi. Membatasi yang dimaksudkan dapat saja membatasi pemikiran,
pengalaman, sifat, sikap, danlain sebagainya.
Apabila proses belajar
adalah proses yang berlangsung pada diri pembelajar, maka selayaknya ia tidak
dibatasi untuk mengetahui hal-hal yang ingin ia ketahui. Baik yang akan ia
peroleh secara langsung, maupun yang ia peroleh secara tidak langsung. Maka
hakekat guru adalah sebagai fasilitator dalam ia belajar.
Sesungguhnya saat kita
membatasi seseorang, baik dalam sifat dan lain sebagainya, maka kita telah
berlau tidak adil. Dan tanpa sadar telah membunuh karakter dari seseorang. Bila
hal ini dapat segera terdeteksi dan berupaya untuk mengobatinya, maka hal ini
tak mengapa. Seperti halnya dokter yang mengetahui diagnose penyakit dari
pasiennya dan berusaha untuk mengobati pasien tersebut. Tetapi, hal ini akan
semakin serius apabila tidak segerea terdeteksi dan ditangani dengan
semestinya. Kondisi demikian dapat saja membunuh karakter bagi orang yang
bersangkutan.
Terkadang seseorang
tidak mengetahui bahwa ia telah berlaku determin. Begitu pula sebaliknya, orang
yang diberlakui determin, terkadang juga tidak menyadari bahwa ia tengah
dibatasi oleh predikat-predikat atau sifat yang diberikan oleh seorang yang
determin terhadapnya.
Kondisi demikian
membutuhkan komunikasi yang aktif antara kedua belah pihak. Sebagaimana yang
bisa dilakukan apabila seseorang tengah terlibat masalah dengan orang lain.
Segalanya memang perlu dikomunikasikan. Selain agar tidak terjadi salah paham,
juga agar dapat meminimalkan resiko atau akibat dari suatu hal atau tindakan.
Jika ada pameo “aturan
ada untuk dilanggar”, saya rasa hal ini tidaklah benar sepenuhnya. Mengingat
kebenaran juga merupakan hal yang relative, terikat ruang dan waktu, serta
subjek dan objeknya. Aturan ada adalah untuk ditaati, untuk dapat mengupayakan
keseimbangan. Manusia adalah manusia yang tidak memiliki keseimbangan absolute.
Keseimbangan yang ada padanya adalah relative. Sehingga taraf mematuhi aturan
akan cenderung berbanding lurus dengan keseimbangan yang akan diciptakan.
Selain mematuhi aturan
yang berlaku, tiap manusia juga harus berupaya untuk mengadakan yang belum ada
menjadi ada. Sebelumnya belum memiliki pengetahuan tentang antariksa misalnya,
maka belajarlah tentang antariksa. Bila belum tahu mekanisme pencernaan,
belajarlah tentang mekanisme pencernaan. Karena sebenarnya, setiap pengetahuan
yang kita dapatkan, adalah kekayaan bagi kita. Dan kekayaan ini akan bertambah
bila dapat kita manfaatkan atau dimanfaatkan orang lain dengan baik.
Pertanyaan:
1.
Bilamana manusia harus meletakkan
pikirannya pada kondisi manusiawi?
Komentar
Posting Komentar