Langsung ke konten utama

Indonesia Now . . .!


Refleksi Kuliah Filsafat Ilmu
Tanggal perkuliahan: 20 November 2012

Menuju Masyarakat Dunia ….!!!
Belakangan ini, sering terdengar beberapa teman menyebutkan bahwa perlahan tapi pasti, Indonesia akan menuju kea rah yang sama dengan U.S.A. Tak dapat dipungkiri bahwa kiblat pendidikan Indonesia pun mengacu ke sana. Hal ini senada dengan apa yang telah di tulis oleh Dharma Wijayanto bahwa memang Bangsa Indonesia menginginkan agar masyarakatnya dapat maju setingkat dan sederajat dengan masyarakat dunia. Bila tercetus dunia maju, tak pelak kita akan terpikir Negara adidaya “itu”.
Selain itu, disadari atau tidak, mulai banyak didirikan pabrik-pabrik di tanah air tercinta ini. Pabrik yang didirikan entah oleh perusahaan asing, atau perusahaan negeri sendiri yang disokong dananya oleh asing. Semakin banyaknya pabrik yang menjamur, menggeser masyarakat Indonesia yang pada mulanya sebagai Negara agraris menjadi Negara industrialis.
Mengingat pada kuliah Dr. Marsigit, M.A., bahwa terdapat lima peta pendidikan dunia yang kini ada sebagaimana telah terdapat dalam elegy beliau (dapat diakses pada http://www.powermathematics.blogspot.com). Disana tertampil empat peta dunia kini yang merupakan adaptasi dari teori Paul Ernest (masih hidup hingga sekarang).
Tabel peta pendidikan dunia sekarang terdiri dari bidang-bidang yang bersesuaian dan golongan orang-orang yang menggambarkan dunia kini. Industry trainer menempati kolom pertama, kemudian disusul Technological Pragmatist, Old Humanist, Progressive Educator, dan Public Educator. Bidang yang disoroti antara lain bidang politic, mathematics, moral value, theory of society, genesis of students, theory of students ability, aim of mathematics educations, theory of learning, theory of teaching, resources, evaluation, dan diversity. Saya pun masih cukup sulit memahami keseluruhan dari teori ini. Meskipun demikian, banyak diantaranya yang berkutat mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pembelajaran sehari-hari.
Dalam pembelajaran Sains sendiri, moral value yang diterapkan pada masyarakat industrial sekarang yang cenderung tercermin dari pembelajaran, dimana yang dipandang adalah yang  baik dan yang buruk. Bila paradigm baik ini masih seperti pada zaman dulu yaitu bijaksana, hal ini tak menjadi apa. Akan tetapi, kata “baik” ini semacam telah mengalamai perluasan makna. Misalnya saja, orang yang memberikan sumbangan 1 milyar rupiah untuk pembangunan balai desa akan dibilang baik secara umum, padahal “dalamnya lautan dapat ditebak, dalamnya hati siapa yang tahu”. Pragmatis,  sikap yang cenderung dipilih oleh orang yang menghendaki kepraktisan dari segala sesuatu, entah bisa saja guru atau siswa atau sekolah atau orang tua atau masyarakat. Dalam hal ini, saya tak ingin membahas lebih jauh.
Mengenai teori kemampuan siswa, saya lebih cenderung setuju pada orang dari pendidik progresif. Karena kemampuan siswa didasarkan pada kebutuhannya. Hal ini pada gilirannya meletakkan siswa sebagai penentu dari keinginan belajarnya, karena bersesuaian dengan kebutuhannya, baik kebutuhan dalam pembelajaran di sekolah maupun di lingkungan tempat tinggalnya.
Teori belajar yang digunakan, saya rasa kesemuanya patut untuk diterapkan sesuai dengan kebutuhan dalam pembelajaran. Hal ini dapat menjadi pilihan meskipun mengandung tendensi pada tiap golongannya. Karena guru yang pada akhirnya akan memilah apa yang terbaik untuk siswa-siswanya.
Teori mengajar, juga sama halnya dengan teori pembelajaran. Akan tetapi, yang justru kali ini tidak begitu saya setujui adalah pada kaum industrialis yang cenderung melakukan transfer of knowledge. Padahal, siswa tidak hanya membutuhkan knowledge tapi juga value dan skill. Pada akhirnya, segala bekal yang diperoleh akan digunakan untuk menghadapi hidup dan kehidupannya.
Bila dalam pembelajaran biologi resources yang digunakan akan menggolongkan gurunya lebih pada progressive educator, kemudian public educator juga. hal ini karena biologi bila dibandingkan dengan sumber belajar yang dapat dijumpai di lingkungan dan sosial akan lebih bermakna bagi siswa.
Melihat pendidikan sekarang ini, sepertinya memang telah mendekati apa yang dibangun U.S.A jauh-jauh tahun sebelumnya. Apakah pendidikan yang menjadi fondasi dari Negara ini, akan benar bergerak ke arah sana?
Pada akhirnya, saya merasa ngeri dengan kalimat Dr. Marsigit, M.A., yang pada intinya menyatakan bahwa jika sekarang di Amerika ada perkawinan homoseksual, pada masa yang akan dating mungkin juga di Indonesia terdapat hal seperti ini. Dalam pemikiran saya, kita haruslah berubah. Meski tak bisa sepenuhnya memutar arah dari jalur yang sekarang juga telah ada, minimal dapatlah kita mengupayakan demi kebaikan Bangsa Indonesia di masa yang akan datang tanpa kehilangan kemajuannya. Semoga. Amiin.

Referensi.
Marsigit. 2012. http://www.powermathematics.blogspot.com (diakses pada Senin, 26 November 2012, pukul 22.00 WIB)
Wijayanto, Dharma. 2011. Arah Pendidikan Indonesia di Abad 21. http://library.sman1teladan-yog.sch.id/index.php?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=66. (diakses pada Senin, 26 November 2012, pukul 21.30 WIB)

Pertanyaan:
Bagaimana solusi dari Bapak mengenai arah pendidikan Indonesia saat ini?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mencari

setiap kita adalah pencari pencari makna pencari makan pencari berita   bagi para pencari proses ini tidak akan berhenti, karena belajar salah satunya dengan mencari   yang kemudian perlu dijadikan pagar adalah bahaimana pencarian berlandaskan pada aturan yang tidak menyimpang dan disertai permohonan agar tetap diberikan petunjuk oleh Yang Maha Menciptakan

reflect

cerita sore hari kemarin seperti biasa aku pulang menempuh jalan yang biasa aku lalui dan sebagaimana biasanya, macet melanda hampir 1 kilometer sebelum lampu merah di pertigaan jalan besar itu dan.. jika aku lebih sering menghindar dari kemacetan dengan menggunakan jalur yang lain lewat ring road utara tapi semalam, entah aku berkeyakinan dapat menembus kemacetan dengan sabar sehingga jalur yang aku lalui jalur biasanya dan baik saja hasil dari menempuh kemacetan itu ternyata adalah....... jalur biasanya dialihkan ^o^ sudah cukup lam berada dalam kemacetan, sampai di pertigaan justru tidak bisa lurus seperti biasanya malah diminta untuk memutar jalan ke utara yang pastinya di putaran itu (u-turn) juga pasti ramai dan macet alhasil, aku pun memilih untuk memutar lebih jauh dan menuju putaran yang bisa aku temui jika aku lewat jalan alternatif ring road tadi pelajaran yang dapat kupetik sebagaimanapun kita menyikapi positif apa yang ada di hadapan kita tetaplah

drama

Hidup itu adalah drama Tak jarang kita melontarkan kalimat "ah, drama!" pada apa yang terjadi pada orang di sekitar kita ketika ia bercerita Tapi, ingatkah kita? Bahwa hidup kita pun adalah drama Drama yang kita lalui Drama yang kita lah pemeran utamanya Tapi kenapa? Kita baru menyebut drama ketika orang lain bercerita Ketika kita tidak ada di sana sebagai pemeran utama Apakah karena kita lebih suka mengamati drama orang lain? Ataukah karena kita tidak berani menjadi tokoh utama dalam drama kita sendiri? Mana yang benar ini?