Langsung ke konten utama

jejak pertama



Seo Ju Hyun, seorang gadis belia berusia 19 tahun. Ia merupakan mahasiswa dari Sekolah Kesenian di Seoul. Suatu hari ia bertemu dengan seorang teman SMA nya dulu -Kang Min Hyuk- di sebuah toko buku.
“Annyeng haseyo”, sapa Min Hyuk.
“Oh, annyeong haseyo”, jawab Ju Hyun.
“lama tidak bertemu Ju Hyun-si”, kata Min Hyuk.
“ya,,sudah lama sekali sejak acara perpisahan di SMA”, ucap Ju Hyun sambil tersenyum manis.
“bagaimana kabarnya Ju Hyun-si?melanjutkan kuliah di mana?”, tanya Min Hyuk.
“ya, kabarku baik. Sekarang aku bersekolah di Sekolah Kesenian Seoul dan mengambil jurusan musik klasik”, ungkap Ju Hyun
“aaa, pasti kamu pintar sebagaimana biasanya. Aku masih ingat saat Ju Hyun-si memperoleh penghargaan sebagai juara di sekolah”, kata Min Hyuk.
“aaa, tidak seperti itu juga Min Hyuk-si. Kalau Min Hyuk-si sekarang melanjtkan sekolah dimana?,” tanya Ju Hyun.
“Aku melanjutkan di Sekolah Musik Seoul, jurusan musik kontemporer. Sekarang ini aku sedang mencari buku untuk mengerjakan tugasku” kata Min Hyuk.
“mmm, itu jurusan yang bagus. O ya, aku masih harus berlanja yang lain. Aku pulang lebih dulu Min Hyuk-si”, ujar Ju Hyun.
“tunggu Ju Hyun-si, apakah aku boleh memiliki nomer telfonmu?mungkin di kesempatan yang lain kita dapat berkolaorasi, antara musik klasik dan kontemporer”, kata Min Hyuk.
“O ya, baiklah, lagipula tak ada salahnya aku rasa memberikan nomer telfonku pada teman. Ini kartu namaku. Hubungi saja Min Hyuk-si, saat ada waktu pasti akan aku balas” ujar Ju Hyun.
“Baiklah. Terima kasih Ju Hyun-si”, kata Min Hyuk.
“ya, sama-sama, Min Hyuk-si. Aku pergi dulu. Annyeong higiseyo,” ucap Ju Hyun.
“Annyeong higiseyo,” balas Min Hyuk.
Ju Hyun pun mengakhiri pertemuan singkat dengan Min Hyuk. Ia tidak pernah menyangka tentang apa yang akan terjadi padanya dalam kisah percintaannya kelak setelah ia bertemu dengan Min Hyuk.
..................................
(to be continued)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mencari

setiap kita adalah pencari pencari makna pencari makan pencari berita   bagi para pencari proses ini tidak akan berhenti, karena belajar salah satunya dengan mencari   yang kemudian perlu dijadikan pagar adalah bahaimana pencarian berlandaskan pada aturan yang tidak menyimpang dan disertai permohonan agar tetap diberikan petunjuk oleh Yang Maha Menciptakan

reflect

cerita sore hari kemarin seperti biasa aku pulang menempuh jalan yang biasa aku lalui dan sebagaimana biasanya, macet melanda hampir 1 kilometer sebelum lampu merah di pertigaan jalan besar itu dan.. jika aku lebih sering menghindar dari kemacetan dengan menggunakan jalur yang lain lewat ring road utara tapi semalam, entah aku berkeyakinan dapat menembus kemacetan dengan sabar sehingga jalur yang aku lalui jalur biasanya dan baik saja hasil dari menempuh kemacetan itu ternyata adalah....... jalur biasanya dialihkan ^o^ sudah cukup lam berada dalam kemacetan, sampai di pertigaan justru tidak bisa lurus seperti biasanya malah diminta untuk memutar jalan ke utara yang pastinya di putaran itu (u-turn) juga pasti ramai dan macet alhasil, aku pun memilih untuk memutar lebih jauh dan menuju putaran yang bisa aku temui jika aku lewat jalan alternatif ring road tadi pelajaran yang dapat kupetik sebagaimanapun kita menyikapi positif apa yang ada di hadapan kita tetaplah

drama

Hidup itu adalah drama Tak jarang kita melontarkan kalimat "ah, drama!" pada apa yang terjadi pada orang di sekitar kita ketika ia bercerita Tapi, ingatkah kita? Bahwa hidup kita pun adalah drama Drama yang kita lalui Drama yang kita lah pemeran utamanya Tapi kenapa? Kita baru menyebut drama ketika orang lain bercerita Ketika kita tidak ada di sana sebagai pemeran utama Apakah karena kita lebih suka mengamati drama orang lain? Ataukah karena kita tidak berani menjadi tokoh utama dalam drama kita sendiri? Mana yang benar ini?