Langsung ke konten utama

jejak keenam-ketujuh



Tak terasa sudah dua jam lamanya mereka latihan di studio. Setelah latihan berakhir, tiba waktunya untuk Yong Hwa melaksanakan hukumannya.
“Hyung, sekarang Hyung beli goguma ya? Kami sudah kelaparan..latihannya kan sudah selesai..,”pinta Min Hyuk.
“iya Hyung, tadi kan Hyung telat, jadi harus memberikan kami makanan sebagai gantinya,” tandas Collin.
“Ayolah Hyung, kami akan menunggu di depan studio musik…” Sung Jae pun ikut menimpali.
“Ara ara, iya iya. Kalian tunggu dulu ya. Kenapa kalian tidak meminta snack ringan lainnya, malahan goguma. Huuh…,” ujar Yong Hwa lebih pada dirinya sendiri.
“kami lapar Hyung, snack tidak bisa mmenggantikan kalori kami yang terbuang karena latihan..”, rajuk Sung Jae.
“baiklah..”, jawab Yong Hwa karena tak ada gunanya mendebat mereka yang sudah bersepakat.
Yong Hwa pun pergi keluar studio mencari goguma untuk ketiga dongsaengnya.
……………………………
Setelah mencari selama hampir setengah jam, akhirnya Yong Hwa menemukan toko yang menjual goguma rebus.
“aaa, tenyata toko ini menjual goguma. Aku baru tahu. Padahal aku sering melewati daerah ini.,” ujar Yong Hwa.
Di sana ada seorang gadis yang juga tengah membeli goguma. Pada awalnya Yong Hwa tidak tertarik untuk tahu siapa gadis itu. Akan tetapi, saat mereka bertemu pandang, Yong Hwa tertarik pada sinar mata dari gadis itu.
“Ahjumma, berapa semua goguma ini? aku ingin membeli semuanya.”, Tanya Ju Hyun.
“benar kau ingin membelinya Ju Hyun? Goguma ini berbeda dari yang sebelumnya, goguma ini ditanam di Daemyunghang. Rasanya terkenal enak. Jadi harganya lebih mahal.” Ungkap Ahjumma.
“Ya, tidak apa ahjumma. Aku akan sangat senang bila bisa memakannya. Hehehehe.. Baiklah, aku tidak membeli semuanya, aku akan membeli sembilan bungkus saja untuk eonni di studio.” Pinta Ju Hyun pada akhirnya.
“baiklah. Seperti biasanya, kau memang tahu maksudku Ju Hyun-ah.”kata ahjumma.
Saat ahjumma masih membungkus goguma untuk Ju Hyun, Yong Hwa datang dan meminta untuk dibungkukan goguma juga.
“Ahjumma, aku minta gogumanya empat bungkus.,” pinta Yong Hwa.
“aaa, yaa, sebentar, aku masih membungkuskan untuk Ju Hyun-ah.” kata ahjumma.
Sembari menunggu ahjumma menyelesaikan bungkusan goguma untuk gadis itu, Yong Hwa menatap gadis itu dengan rasa nyaman. Ju Hyun? Dia tidak merasa telah diperhatikan oleh lelaki yang ada di sebelahnya. Buktinya, dia asik memperhatikan ahjuma membungkus goguma untuknya.
Selesai membungkuskan untuk Ju Hyun, “Ju Hyun-ah, ini goguma untukmu. Semoga kau menikmatinya bersama eonni-mu”.
“Terima kasih ahjumma. Besok-besok aku datang lagi ya”, kata Ju Hyun. Dia pergi sambil melambaikan tangan kepada ahjumma dan. Opss, dia juga menatap Yong Hwa dan tersenyum simpul hanya sebagai tanda kesopanan.
Awal perjumpaan yang biasa untuk Ju Hyun tentu saja. Tetapi tidak untuk Yong Hwa. Dia sudah siap untuk mencari tahu siapa gadis dengan mata yang berbinar dan dipanggil dengan Ju Hyun-ah oleh ahjumma. Sepertinya ia sering membeli goguma di tempat ini, karena ahjumma terlihat sangat bersahabat dengannya. Dan ada janji yang terselip, bahwa Ju Hyun akan kembali untuk membeli goguma di tempat ini.
……………………………….

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mencari

setiap kita adalah pencari pencari makna pencari makan pencari berita   bagi para pencari proses ini tidak akan berhenti, karena belajar salah satunya dengan mencari   yang kemudian perlu dijadikan pagar adalah bahaimana pencarian berlandaskan pada aturan yang tidak menyimpang dan disertai permohonan agar tetap diberikan petunjuk oleh Yang Maha Menciptakan

reflect

cerita sore hari kemarin seperti biasa aku pulang menempuh jalan yang biasa aku lalui dan sebagaimana biasanya, macet melanda hampir 1 kilometer sebelum lampu merah di pertigaan jalan besar itu dan.. jika aku lebih sering menghindar dari kemacetan dengan menggunakan jalur yang lain lewat ring road utara tapi semalam, entah aku berkeyakinan dapat menembus kemacetan dengan sabar sehingga jalur yang aku lalui jalur biasanya dan baik saja hasil dari menempuh kemacetan itu ternyata adalah....... jalur biasanya dialihkan ^o^ sudah cukup lam berada dalam kemacetan, sampai di pertigaan justru tidak bisa lurus seperti biasanya malah diminta untuk memutar jalan ke utara yang pastinya di putaran itu (u-turn) juga pasti ramai dan macet alhasil, aku pun memilih untuk memutar lebih jauh dan menuju putaran yang bisa aku temui jika aku lewat jalan alternatif ring road tadi pelajaran yang dapat kupetik sebagaimanapun kita menyikapi positif apa yang ada di hadapan kita tetaplah

drama

Hidup itu adalah drama Tak jarang kita melontarkan kalimat "ah, drama!" pada apa yang terjadi pada orang di sekitar kita ketika ia bercerita Tapi, ingatkah kita? Bahwa hidup kita pun adalah drama Drama yang kita lalui Drama yang kita lah pemeran utamanya Tapi kenapa? Kita baru menyebut drama ketika orang lain bercerita Ketika kita tidak ada di sana sebagai pemeran utama Apakah karena kita lebih suka mengamati drama orang lain? Ataukah karena kita tidak berani menjadi tokoh utama dalam drama kita sendiri? Mana yang benar ini?